Februari 24, 2014

Cerita ku di Lahan Jagung #4

Aku merasa sangat senang ketika pertama kali melihat tongkol jagung yang muncul dari tanaman jagung di petak c2. Teman-teman ku juga sepertinya merasakan hal yang sama. Rasanya semua usaha dan apa yang kami kerjakan mulai membuahkan hasil. Ini merupakan kali pertama ku melakukan budidaya tanaman jadi rasa sangat gembira. Harapan ku saat itu “semoga jagungnya banyak dan berkualitas baik” walaupun sebenarnya aku tidak begitu menyukai jagung.
Tak terasa waktu panen pun tiba. Inilah yang kami tunggu-tunggu. Sebelum memutuskan untuk memetik tongkolnya, kami menunggu hingga asisten datang dan bertanya mengenai apa saja syarat untuk memanen jagung. Setelah asisten selesai menjelaskan dan memberikan contoh kami pun mulai menerapkannya. Aku dan teman teman begitu semangat. Ternyata hasil jagung manis yang di produksi tanaman kami termasuk dalam jumlah banyak, menurut pendapatku.
Panen jagung manis ini menandakan bahwa praktikum dasar budidaya tanaman di lahan pun berakhir. Briefing terakhir dari asisten hari itu terasa lebih menyenangkan dibanding dengan minggu sebelumnya. Minggu itu asisten kami, Bogie Wardhana Satriyonegoro, memberikan wejangan dan masukan dengan nada yang terlihat sangat marah, mungkin memang sikap kami ketika itu yang tidak serius ketika mengerjakan tugas di lapang. Beberapa kata yang diucapkan beliau masih ada yang tersangkut di otak ku dan membuatku jadi sering berpikir tapi tidak pernah menemukan jawabannya, hingga saat ini pun aku akan menjadi bingung bila mengingatnya.
Minggu terakhir itu asisten kami memberikan tugas yaitu membuat narasi deskripsi tentang apa saja yang kami lakukan di lahan saat praktikum berlangsung. Beliau juga meminta kami untuk menuliskan satu nama teman sekelompok kami yang berhak untuk mendapatkan nilai A, aku bingung haru menuliskan nama siapa karena ada dua nama yang selalu terlintas. Satu teman laki-laki dan satu lagi teman perempuan ku. Berdasarkan banyak hal, aku memutuskan untuk menuliskan Ali Akbar Hakim sebagai teman yang menurut ku pantas mendapatkan nilai A. Aku sendiri merasa nilai yang cocok untuk ku adalah B+. Gambaran penilaian terhadap diriku berdasarkan apa yang aku rasa dan aku alami selama praktikum di lapang.
Itulah cerita ku, bagaimana cerita mu ?

Cerita ku di Lahan Jagung #3

Dua minggu berturut setelah penanaman jagung di mulai, kegiatan kami di lahan adalah menyiangi gulma dan menyiram tanaman jagungnya. Tak lupa kami juga menghitung tinggi tanaman dan jumlah daun yang muncul untuk data pada laporan yang di buat setelah panen. Menurut ku, praktikum budidaya pertanian ini menyenangkan. Serius dalam mengerjakan tugas di lahan, tapi masih tetap santai.
Minggu selanjutnya kegiatan masih sama, namun hari itu kami melakukan pemupukan yang kedua. Selingan canda dan tawa kami membuat praktikum terasa sangat cepat. Banyak hal-hal menarik dan baru yang aku temukan di sana. Aku juga mendapat pelajaran tersendiri sebagai pengalaman pertama ku menanam jagung pada sebidang petak. Kadang keluh kesah memang keluar dari mulut ku, tapi sebenarnya aku menikmati kegiatan di sana.
Minggu-minggu terus berlalu. Kegiatan di setiap minggunya adalah mengukur tinggi tanaman jagung dan menghitung jumlah daunnya kemudian menyiangi gulma yang ada di sekitar tanaman jagung kami setelah itu tanaman jagungnya di siram. Untuk penyiraman ini tidak dilakukan oleh semua anggota, hanya perwakilan saja. Tapi aku tak pernah mendapat giliran menyiram tanaman jagungnya. Jadi sambil menunggu biasanya aku berbincang-bincang dengan teman teman yang lain di pinggir lahan sambil menikmati udara dan angin yang berhembus bebas dan lepas di sana.
Celetukan dan kejadian yang tak terduga muncul setiap minggunya. Terkadang aku sendiri yang mengalaminya, namun tak sedikit juga hal-hal aneh yang mampu mengocok perut ku berasal dari tingkah teman-teman kelas C. Kegiatan di lahan dengan jam berakhir yang tak menentu membuat kami datang hampir selalu telat karena kami singgah dulu di sebuah mesjid yang jaraknya tak jauh dari kebun percobaan. Hal tersebut terpaksa kami lakukan untuk menghindari terlewatnya ibadah solat ashar karena kami pernah solat dengan waktu yang benar-benar mepet dan sudah mendekati waktu magrib, alhasil ketika kami selesai menunaikan ibadah solat ashar beberapa menit kemudian adzan magrib berkumandang dan kami memutuskan untuk mengikuti solat magrib di mesjid tersebut.

Cerita ku di Lahan Jagung #2

Satu hari sebelum praktikum di lapang aku, Usda, Mita, dan Erika ke lahan buat ngukur tinggi tanamannya. Kami juga berangkat bersama Fauzi, Putri, dan Ines dari c1. Perjalanan kali itu tidak terasa jauh, berbeda dengan kali pertama aku ke lahan. Kita tidak begitu lama di sana. Setelah pengukuran selesai, bak itu kita siram dengan air karena terlihat sedikit kering. Kami merasa sudah melaksanakan semua tugas di lahan, akhirnya kami kembali ke kampus.
Keesokan harinya, materi praktikum di lapang adalah bahan tanam. Sebelumnya kami diberi tahu asisten untuk membawa 3 tanaman yaitu tanaman nilam, tanaman sansivera, dan tanaman kacang-kacangan. Untuk alatnya kami membawa gelas plastik dan cutter. Setelah dibriefing oleh asisten, kami langsung mempraktekannya. Saat itu tempatnya sangat ramai, aku sendiri merasa kesulitan untuk masuk. Untung saja badan ku kecil jadi bisa menyalip diantara kerumunan teman-teman sekelas ku. Ada kejadian yang dapat mengocok perut ku saat itu. Malam sebelum kami ke lahan Kota Malang di guyur hujan cukup deras, sisa-sisa dari hujan tersebut masih ada di atas atap greenhouse. Entah bagaimana kejadian pastinya, tiba-tiba air yang menggenang di atap plastik turun dan tepat mengenai Erwina yang pada saat itu berada di bawahnya. Semua mata reflek tertuju padanya yang saat itu sudah pasrah dengan keadaan yang dianggapnya sebagai kesialan di hari itu.
Untuk kegiatan praktikumnya, sebelum tanah dimasukan ke dalam gelas plastik, terlebih dahulu gelasnya di berikan bolongan. Ide kreatif di saat kepepet pun muncul, kami melubanginya dengan menggunakan pulpen. Setelah itu, tanah dimasukan dan kami mulai menanam.
Minggu selanjutnya kami mengolah tanah pada petak yang telah ditentukan oleh asisten. Petak kami berada di bagian agak atas. Kami mendapat bagian untuk menanam jagung manis. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum kita menanam benih yaitu mengolah lahan. Kali ini kembali para lelaki yang beraktivitas lebih banyak. Aku sempat mencoba mencangkul tanahnya, cangkul sudah ku ayunkan dan menyentuh tanah namun ketika di angkat kembali tenaga ku tak cukup banyak. Akhirnya suara tawa-lah yang keluar dari teman-teman yang melihat kejadian itu, jadi aku kembalikan saja cangkul itu pada lelaki-lelaki yang seperti sangat puas menertawaiku. Setelah tanah menjadi lebih gembur, kami mulai menanam benih jagung. Aku bekerjasama dengan Paramita, dia yang melubangi sedangkan aku yang memasukan benih kedalamnya sebanyak 3 biji. Setelah selesai, salah satu dari anggota c2 menyiram tanah dengan mengambil air yang mengalir di sepanjang pinggir petak. Praktikum di tutup dengan briefing bersama asisten.

Cerita ku di Lahan Jagung #1

Praktikum mata kuliah Dasar Budidaya Tanaman yang dilakukan di Ngijo memiliki banyak kesan dan cerita serta pengalaman baru buat aku. Pertama kali menuju Kebun Percobaan Universitas Brawijaya aku bersama teman sekalas berkumpul terlebih dahulu di depan gedung HPT. Setelah semuanya kumpul kami berangkat. Tapi ternyata, baru sampai di Jalan Soekarno Hatta aku mendapat kabar bahwa masih ada yang tertinggal. Akhirnya salah satu dari kami memutuskan untuk kembali dan menjemput teman yang tertinggal itu. Kami melanjutkan perjalanan ketika sudah benar-benar lengkap.
Perasaan pertama yang muncul di benak adalah “jauh banget” mungkin karena aku belum pernah lewat situ, jadi aku merasa asing dan sangat jauh. Sesampainnya di lahan, matahari bersinar dengan terangnya. Cuacanya emang cocok banget buat kegiatan di lapang. Pertama yang aku lakukan sih memperhatikan sekeliling. Setelah ada instruksi buat kumpul, kita langsung briefing. Briefing pertama tentang media tanam.
Buat kelompok ku alias c2, tugas pertama adalah mencampurkan tanah dan kompos untuk media tanam. Tempat dimana bahan disimpan saat itu dipadati oleh mahasiswa dan mahasiswi agribisnis dan agroekoteknologi 2010, sehingga diputuskan bahwa hanya perwakilan saja yang mengambil bahan sedangkan sisanya menunggu di pinggir dekat tempat ketika briefing. Saat itu kaum lelaki yang lebih banyak bekerja dan terlibat dalam pencampuran antara kompos dengan tanah, sedangkan wanita-nya membantu mengira-ngira apakah perbandingannya sudah sesuai atau belum. Kami mulai memberi garis-garis tipis sebagai patokan untuk menanam benih yang diberikan asisten ketika tanah dan kompos sudah tercampur merata. Setelah semua selesai, asisten memberitahu untuk dibuat jadwal perwakilan ke lahan. Aku, Usda, Paramita, dan Erika mendapat giliran hari Selasa.