Desember 29, 2012

inginnya harapanya


Bagaikan secarik kertas
Bersih, terbebas dari coretan
Ada keinginan untuk terisi
Goresan tinta berwarna
Diberi tambahan gambar
Menjadi bercerita
Tak sembarangan orang boleh
Hanya satu pinta
Aku

Desember 28, 2012

temukan jawaban


di keheningan itu kau ada
membawa sekumpulan suara
meramaikan suasana
seketika merubah nuansa

terdengar suara pecahan
menghentakan bagai jeritan
nadanya perlahan
tetap saja menyakitkan

secarik kertas putih sepi
goresan tinta hitam memenuhi
terisi oleh coretan api
seakan membakar diri

kini tibalah di persimpangan
hanya ada dua pilihan
bersiap dengan putusan
melangkah dan berjalan

sebuah pintu terbuka
ada yang menunggu di sana
sedia tawa dan canda
merangkai satu masa

Desember 14, 2012

hujan, matahari, pelangi dan angin


kau bagaikan hujan yang datang secara tiba-tiba. menyapa ku dengan cara mu. mengisi wadah yang kosong. memberikan kesejukan bagi ku yang menikmati kehadiran mu.

kau bagaikan matahari yang menerangi dunia. pancaran sinar itu memberikan kecerahan. menghidupkan sesuatu yang sedang layu. membangunkan semua mahluk untuk menikmati indahnya hari karena mu.

kau bagaikan pelangi yang mewarnai hari yang kelam. datang setelah sekian lama dinanti. membawa warna baru yang menciptakan keindahan. menjadikan aku tak ingin melepas kepergian mu.

kau bagaikan angin yang berhembus perlahan lalu menghilang tanpa jejak. dedaunan yang berserakan menjadi tanda akan kehadiran mu. tapi tak ada yang dapat menjelaskan kemana langkah mu. menyisakan goresan yang berbekas.

akankah angin itu berhembus kembali dan membawa hujan yang kemudian muncul matahari lalu berubah menjadi pelangi dan terhenti di sana ?

pelangi itu kamu


di kala hujan turun, banyak yang mengeluh. banyak yang merasa terganggu. kehadirannya sering tidak diharapkan. keberadaannya selalu dianggap bencana bagi sebagian orang. seakan ia menjadi biang masalah.

dibalik itu semua, hujan adalah anugrah. ia mampu menguji kesabaran seseorang. terkadang ia turun sebagai hadiah bagi yang menginginkannya. ada sesuatu yang di indah di belakang hujan, pelangi.

pelangi muncul saat ia ingin menampakan keindahannya. warna yang ia bawa mampu membuat siapapun terpana. tak ada yang membenci kedatangannya. siapapun dia, tak ingin melepasnya. adanya dapat mengubah perasaan menjadi lebih bahagia. hanya dengan melihatnya sudah membuat yang lain lebih tenang.

sayangnya ia hanya sesaat. butuh waktu yang lama untuk melihatnya lagi. tak setiap hujan di akhiri dengan pelangi. nikmati keindahannya ketika ia hadir. sebelum ia hilang untuk waktu yang lama. menantikannya bagaikan menanti mu. karena pelangi itu kamu.

Oktober 31, 2012

beda usia ?

Usia memang bukan batasan penentu kedewasaan seseorang, namun dalam budaya timur ketika seorang wanita menjalin hubungan dengan seorang pria yang usianya lebih muda darinya terkesan agak kurang etis. Padahal tidak ada aturan tertulis di negara ini yang menyatakan bahwa suatu hubungan yang dibina harus ada batasan usia yang jelas. Penilaian tersebut muncul dari kebiasaan dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat.

Secara psikologis, wanita memang individu yang memperoleh kedewasaan lebih cepat sekitar 5 tahun daripada pria, maka ada yang menyebutkan bahwa usia yang ideal dalam pernikahan memiliki selisih kurang lebih 5 tahun antara pria dan wanita dan pria-lah yang seharusnya berusia lebih tua dibandingkan dengan wanita.

Dewasa ini, banyak pernikahan yang terjalin karena adanya persamaan usia antara wanita dan pria, bahkan tidak sedikit dari pasangan yang sudah menikah saat ini memiliki selisih usia dimana wanita-nya yang lebih tua daripada pria. Kita dapat melihat keharmonisan dan keserasian mereka bukan karena usia, tetapi bagaimana cara mereka jalanin kehidupan pernikahan mereka.

Secara pribadi, aku berpendapat, aku bukan orang yang tidak setuju dengan perbedaan usia dimana pria lebih muda dari wanita, tetapi aku merasa agak sedikit sangsi ketika ada yang pernah mengatakan padaku yang secara tidak langsung bertujuan untuk mengenalkan aku dengan seorang laki-laki yang usianya lebih muda dari ku. Bukan karena apa-apa, tapi melihat kondisi ku saat ini sebagai mahasiswa, tiba-tiba ada junior yang ingin mengenal ku, di sisi lain aku telah memiliki kekasih yang sebenarnya usianya hampir 1 tahun lebih muda dari ku.

Jika dilihat dari sisi perbedaan usia, kekasih ku dan junior ku sama-sama lebih muda dari ku, tapi yang membedakan mereka adalah tingkat pendidikan yang terlihat sangat jelas. Hal ini dapat membuat aku berpikir dan tertawa sendiri.

April 07, 2012

baliii #4

matahari sudah bersinar terang. aku, Ana dan Tuti sudah kenyang dan berpenampilan rapi. tak lama Diah, sepupu Tuti datang. kami berencana untuk pergi ke pantai Kuta hari itu. dikarenakan Diah ada rapat di kampusnya, maka kami memutuskan untuk ikut dan menunggu hingga rapatnya selesai. tidak ada rasa penyesalan atau apapun, karena kami menganggapnya itu akan menjadi tempat yang menarik. aku dan Ana yang baru kali ini ke Bali merasa sangat excited.


sekitar pukul 10.00 (kalau nggak salah) kami keluar dari rumah Tuti. tak lupa kendaraannya di isi bensin dahulu, khawatir kami terlalu senang sampai lupa mengisi bensin. perjalanan diteruskan ke Universitas Udayana yang berada di Denpasar.

panasnya Bali cukup menyengat di hari itu. bukannya takut hitam, tapi rasanya nggak kuat kalo dibakar di bawah matahari terus.

ok, sampailah kami di tempat parkir fakultas. Diah meminta kami untuk menunggu sebentar, kami tak merasa keberatan sama sekali. sambil menunggu waktu kami mengelilingi kampus ini. sempat mampir di kantin, kemudian kami kembali lagi ke parkiran dan memutuskan untuk mengambil gambar. maksudnya sih untuk dijadikan kenangan kenangan dan bisa di ceritakan seperti ini.

Ana, aku, Tuti
lanjut ke cerita, sekitar 1 jam nunggu akhirnya Diah datang. kami pun melanjutkan perjalanan ke Mall Bali Galeria. berkeliling terus dari ujung ke ujung hingga akhirnya kami berhenti di sebuah taman yang ada di tengah mall ini.

baliii #3

setelah berada di dalam bis yang menyebrang pulang dengan menggunakan kapal besar, sampailah di pelabuhan gilimanuk. rasanya seneng seneng gimana gitu. hahaha

selama di perjalan aku tak pernah putus komunikasi sama mamah, kecuali kalau lagi tidur. kelihatannya mamah panik dan cemas banget pas aku lagi nyebrang. telepon genggam aku selalu menyala karena kekasihku juga menghubungiku. begitu pula dengan teman di samping ku Ana yang selalu berkomunikasi dengan keluarga dan kekasihnya.

rasa kantuk tak tertahankan, aku pun memutuskan untuk memejamkan mata kembali.

sekitar jm 06.00 WITA aku terbangun dan melihat tulisan di sebelah kiri jalan Selamat Datang di Tabanan. wah, benar benar sudah sampai di Bali. Aku menoleh ke kanan, Ana masih tertidur, sepertinya sangat nyenyak, aku pun langsung bertanya pada Tuti yang kebetulan sudah lebih dulu bangun. dia menjelaskan bahwa sebentar lagi kita akan sampai. karena kebawelan aku dan Tuti mulai keluar, Ana pun terbangun.

beberapa menit kemudian, Tuti menunjukan jalan di sebelah kanan dan berkata "itu loh jalan ke SMA aku". aku dan Ana ikut memperhatikan dan hanya mengangguk. lalu Tuti meminta kami untuk segera berkemas karena akan segera sampai di tempat tujuan.

sedikit sempoyongan aku mulai melangkahkan kaki berdiri dari tempat duduk di 6A mengikuti Tuti dan Ana yang berada di depan ku. kami sempat menjadi pusat perhatian dari penumpang bis lainnya karena berdiri cukup lama sebelum kami turun. beberapa orang menyuruh kami untuk duduk dan menunggu terlebih dahulu, Tuti hanya tertawa dan berkata "aku lupa, harusnya nanti aja kita berdirinya". aku hanya menganggapnya positif yaitu latihan berdiri dari rasa kantuk dengan mengatur keseimbangan berdiri di dalam bis dengan jalan yang sedikit tidak rata.

"di polsek depan yaa pak" tutur Tuti ke supir bis hijau itu. aku dan Ana mengikuti instruksi dari sang petunjuk jalan. aku dan Ana sibuk membawa koper masing masing serta helm, Tuti yang berada di depan dengan dua tas ransel tertawa geli.

ketika akan menyebrang, supir angkutan umum itu menghampiri dan membatu membawa kan koper Ana lalu helm aku di bawakan oleh Ana. hal yang berbeda mulai tampak, angkot di sini seperti mobil antarkota Bogor-Sukabumi atau Bogor-Cianjur. saat itu mobil hanya terisi beberapa orang yang bergender perempuan semua.

tiba-tiba ada seorang ibu yang duduk di sebelah ku dan mulai mengajak ku berbicara, awalnya beliau memang menggunakan bahasa Indonesia, tapi ketika tahu bahwa Tuti adalah orang Bali, beliau pun berbicara bahasa bali dengan lancarnya. sesekali beliau menoleh ke arah ku dan bertanya, namun karena aku tak mengerti dengan apa yang dibicarakan aku hanya tersenyum, sedangkan Tuti yang duduknya bersebrangan dengan ku tertawa puas.

satu persatu penumpang pun turun. Ana masih di posisinya yang agak jauh dari aku dan Tuti, sepertinya ia sedang menikmati suasana yang sejuk dan sangat berbeda dengan Kota Malang.

di sebelah kiri ada sebuah batu yang biasanya dijadikan sebagai batas wilayah bertuliskan Desa Perean. yup, itu artinya kami akan segera sampai di rumah Tuti. kami segera mengeluarkan lembaran uang untuk ongkos angkutan ini. semuanya dijadikan satu dan dikumpulkan ke Tuti karena ia yang kami anggap lebih mengerti.

tiba-tiba Tuti berteriak dengan sedikit mengeluarkan kepalanya ketika ada seorang perempuan di atas motor dengan 2 orang balita lalu ia meminta pak supir untuk menghentikan kendaraannya. syukurlah, rumah Tuti berada di jalan raya jadi aku dan Ana tak perlu jauh jauh berjalan. sesampainya di rumah Tuti, kami di sambut sangat baik oleh ayahnya Tuti. rasa lelah yang tak tertahannya membuat kami langsung menuju kamar yang berada di bangunan paling depan.

awalnya aku merasa sedikit heran, karena di rumah itu hanya ada satu ruang tv, 2 kamar, dan 2 kamar mandi. aku seperti tak biasa melihat bentuk ruangan rumah yang seperti ini dengan pintu khas Bali yang ada di muka rumah ini. kemudian Tuti mengajak aku dan Ana untuk menemui ibunya.

kami keluar dari rumah lalu berjalan ke atas. di sebelah kanan aku melihat seperti pura kecil dan ada bangunan yang terdapat tempat tidur di tengahnya. sesampainya di atas ternyata ada satu bangunan lagi yang terdiri dari 1 dapur, 2 kamar, dan 1 kamar mandi. di sana juga ada halaman yang cukup luas. bangunan terbuka yang terdapat tempat tidur di tengahnya itu adalah bangunan wajib yang harus ada di semua rumah Bali yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan dan kematian.

walaupun lelah, kami masih sangat semangat untuk mulai berkeliling Bali. akhirnya kami memutuskan untuk segera mandi dan makan. karena jadwal yang telah di atur sedemikian rupa untuk liburan hari itu.

April 06, 2012

baliii #2

ujian teknologi produksi tanaman di hari kamis itu selesai, rencana yang sudah di susun selama kurang lebih satu minggu pun mulai dilaksanakan.


aku bergegas pulang ke kost untuk menyiapkan segala keperluan yang akan aku butuhkan selama aku homestay alias tinggal di rumah temen tersayang Ni Made Astuti Wahyu Utami. makasih banget yaa udah mau jadi tempat pengungsian buat aku, Ana, Sefa, dan Nisa.


sore itu, ada sedikit masalah dan salahpaham diantara dua orang temen sekelas dan di waktu yang sangat mepet itulah aku berusaha membantu mereka menyelesaikan permasalahannya. bergerak cepat dari kost ke kost Ana tidak membuat masalah diantara kedua orang itu langsung selesai. jam di tangan sudah menunjukan pukul 16.30 tapi taxi yang di tunggu tak kunjung datang. Tuti yang tempat kostnya sedikit jauh memanggil taxi dari perusahaan lain. permasalahan diantara kedua orang itu masih berlanjut, tapi aku dan Ana harus segera berangkat karena jam sudah menunjukan pukul 16.45.


sesampainya di depan kost Tuti, keberangkatan di saksikan kedua orang teman kami yang sedang bermasalah dan juga Putri serta Endang (teman sekelas). sebelum taxi meninggalkan tempat, aku berpesan kepada kedua orang teman ku itu untuk segera menuntaskan permasalahannya karena waktu liburan sudah di depan mata dan mereka pun tak ada rencana liburan bersama karena mereka berasal dari kota yang berbeda.


jam tangan ku menunjukan pukul 16.55 sedangkan bis yang akan membawa kami ke pulau dewata akan berangkat pada pukul 17.00 tepat. Tuti yang sudah berpengalaman naik bis dari perusahaan itu mengatakan bahwa bis itu selalu berangkat tepat waktu. kami pun mulai panik dan membuat supir taxi yang kami tumpangi ikut panik. dengan sigap Ana menelepon perusahaan bisnya "ok mba, di tunggu 5 menit lagi yaa, kalau masih belum datang bisnya akan tetap berangkat" Ana pun berkata "bentar lagi sampe kok mas, tunggu dulu yaa.". panik dan semakin panik. yang terlintas di pikiran kami semua adalah masa iya kita harus beli tiket lagi? iya kalau masih ada kursi kosong, kalau nggak? benar benar panik.


STOP ! kompak kami bertiga ketika taxi sampai di depan bis yang suara mesinnya sudah terdengar. kami langsung bergerak sesuai dengan tugas yang dibagi di dalam taxi. Tuti langsung mencari petugas bis, Ana membawa koper, aku membayar taxi dan membawa helm. syukurlah, baru saja kita duduk bis langsung berangkat. rasanya nafas masih tertinggal.


di kejauhan ada cahaya lampu berwarna kuning yang sangat menarik perhatian. bagus banget. ada tulisan yang cukup besar Jawa Power. ternyata sumber aliran listrik di Jawa-Bali salah satunya di sini. jalan yang dibuat mengeliling perusahaan itu menjadi seperti touring kecil sekaligus pengalaman pertama buat aku sama Ana. karena kebetulan Ana berasal dari Medan, jadi jarang jarang kan lewat jalur ini.


ok, duduk tenang hingga sampai di sebuah tempat makan di salah satu kota (lupa). ini nih ekspresi kita.
Ana, Tuti, Dilla
di kamar mandi sempet sempetnya foto. hahaha

ternyata kita berhenti di sini cuma sebentar, perjalan dilanjutkan kembali. behubung perut kenyang dan kursi yang nyaman, kayaknya lebih enak buat tidur yaa.

sorot lampunya terang banget. itulah yang membuat aku terbangun. sejauh pengelihatan aku, cuma truk truk, bis bis, dan mobil besar lainnya yang tampak. aku sempat heran karena masih dalam keadaan setengah sadar, Tuti yang duduk di depan kemudian menoleh ke belakang. saat itu aku langsung melontarkan pertanya "kita dimana yaa?". ternyata, inilah yang di sebut dermaga.

ini adalah kali pertama aku keluar dari pulau jawa. benar benar menjadi pengalaman pertama yang akan selalu kuingat.

baliii #1


lagi ribet ribetnya ngerjain tugas, masih aja kepikiran buat bikin planning liburan. yup, itulah yang ada di pikiran aku, tuti, dan sefa. gara gara ngitung "duit tuyul" alias pembukuan dari matakuliah manajemen keuangan kita malah sibuk mikir liburan semester ini mau kemana. ow iya, ini nih foto pas kita lg stress stressnya.
sefa dan dilla

tuti

nah, di saat muka pada kusut kayak gitu, muncullah ide liburan ke bali.

gara gara ide itu, kita jadi lebih semangat buat ngerjain laporan keuangan yang dikerjain selama seminggu ini. abis itu selesai, kita berangkat ke kampus buat ngumpulin tugas sama ujian tes lisan praktikum manajemen keuangan ini, skalian ngomongin rencana liburan sama yang lainnya.

Februari 09, 2012

bagaimana jika aku jadi dia ?

jadi seorang penonton tampaknya memang sangat menyenangkan, tapi sesungguhnya membuat kita menjadi seseorang yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah karena kita hanya sebagai penonton yang tidak pernah mengalami hal tersebut.


berbicara itu mudah, mengungkapkan pendapat dan men-judge seseorang sangat cepat terlontar tanpa kita tau yang sesungguhnya. namun, bagaimana jika kita berada di posisi orang tersebut ? apakah pernah kita memikirkan bila kita menjadi seseorang yang melakukan sedikit kesalahan namun orang di luar sana mengganggap kita orang jahat yang memiliki kesalahan sangat besar.

jika emosi memuncak memang sulit rasanya untuk memendam kata kata yang seharusnya tak sempat terucap dari mulut kita. aku pun tak mengingkari hal tersebut karena hingga saat ini pun aku masih belajar untuk mengontrol emosi ku sendiri.

beberapa minggu yang lalu, dua orang sahabat ku yang sedang menjalin hubungan spesial karena "cinlok" alias cinta lokasi dalam satu kelas memiliki masalah yang bermula dari tertutupnya sang lelaki ketika ia merasa ada masalah yang tidak diungkapkan langsung pada kekasihnya tetapi di pendam sendiri dalam hatinya, sebut saja lelaki itu rian dan kekasihnya adalah alia.

setelah merasa terlalu banyak hal yang ia pendam sendiri, rian pun mulai menceritakan masalahnya padaku. aku sebagai teman sekaligus sahabat mereka akan berusaha memberikan solusi yang terbaik bagi mereka berdua. rian yang sudah mulai merasa tak nyaman dengan hubungan tersebut aku saran kan agar ia berpikir kembali untuk tidak mengakhiri hubungannya dengan alia. yang terlintas dalam benak ku saat itu adalah hal yang tak bisa kubayangkan bila mereka berpisah karena adanya perubahan sikap rian dan alia yang sempat membuat beberapa orang di sekeliling mereka yaitu teman sekelas kami agak geram.

aku tertawa kecil dalam hati ketika rian berkata "eh, aku bilang sama alia kalau aku pergi ke tempat tian. kalau tau aku ketemu kamu sama dwi ..." ternyata alia masih saja merasa cemburu bila rian berbincang dengan ku dan dwi. aku, dwi, dan rian sesungguhnya adalah sahabat yang sejak awal bertemu merasa cocok  dalam beberapa hal dan tak pernah terlintas sedikit pun di otak kami tentang adanya cinta diantara kami. apa yang aku ungkapkan ini bukan tanpa alasan. pertama, aku sudah memiliki kekasih, walaupun kami menjalin hubungan jarak jauh tapi rasa diantara kami tak pernah hilang, kedua, dwi dan rian berbeda keyakinan dan mereka sama sama umat yang taat pada keyakinannya masing masing.

beberapa hari setelah rian mengungkapkan uneg unegnya aku mendapat pesan singkat dari alia yang menjelaskan bahwa ia ingin bertemu dengan ku. saat itu waktu yang ku miliki memang sangat terbatas tapi perasaan ku berkata bahwa alia sangat membutuhkan ku. akhirnya ia pun datang menghampiriku yang sedang berkemas.

wajah yang terlihat sedikit pucat dengan ekspresi emosi dan mata merah dilengkapi dengan air mata yang akan segera tumpah sangat tergambar jelas di wajah alia. melihat hal itu aku pun membawanya langsung ke kamar ku dan air mata itu pun keluar dengan cepat. hanya beberapa kata yang terlontar darinya saat itu. aku berusaha menenangkannya dengan cara ku.

merasa sedikit lebih tenang, alia kemudian menceritakan alasannya datang menemui ku. apa yang ia ungkapkan sama persis dengan apa yang rian ceritakan padaku. aku sempat merasa bingung bagaimana menanggapi pernyataan alia. saat itu aku merasa bukan hak ku bila mengungkapkan apa yang dikatakan rian kepada ku beberapa hari sebelumnya. hingga akhirnya alia mengetahui sendiri saat ia membaca pesan pesan singkat yang rian kirimkan pada ku.

emosi alia pun semakin tak terhindarkan apalagi disaat itu rian mengirimkan pesan singkat yang menanyakan mengenai alia kepada ku. aku yang tidak terlibat secara langsung dalam urusan mereka menjadi ikut bingung, ditambah lagi dengan barang barang yang belum selesai ku kemas.

entah bagaimana mulanya, aku memiliki inisiatif untuk mempertemukan alia dan rian saat itu juga. karena waktu ku terbatas juga jadi aku minta rian untuk segera datang ke tempat ica dan aku bersama alia langsung meluncur ke tempat ica yang tak jauh dari tempat ku.

alia sempat tidak suka dengan keputusan ku itu, tapi aku meyakinkan dia bahwa masalah ini harus segera diselesaikan apalagi waktu ku di kota apel hari itu tak lama lagi karena aku bersama ica dan dwi akan ke pulau dewata. menunggu beberapa menit akhirnya rian pun datang.

suasana sempat terasa sangat tak mengenakan. ica yang merasa tak ingin ikut campur dengan gerak cepatnya memasang headset, sedangkan aku yang telah berjanji pada alia untuk membantunya berbicara pun mulai mengeluarkan kata demi kata yang ku susun agar terdengar lebih baik. pertikaian kecil dan adu pendapat terjadi beberapa kali. aku yang duduk diantara mereka berdua merasa sangat tidak nyaman karena sesungguhnya masalah tersebut adalah masalah mereka berdua.

singkat cerita, masalah tersebut sedikit menemui titik temu permasalahannya karena mereka berdua sama sama sudah mengungkapkan ganjalan yang selama ini mereka pendam masing masing. waktu untuk ku menjadi penengah mereka habis ketika dwi menelepon untuk segera berangkat. sebelum berpisah dengan mereka berdua, aku mengingatkan bahwa masalah tersebut harus diselesaikan saat itu juga walau tak ada aku sebagai penengah mereka.

selama perjalanan aku terus memikirkan masalah mereka hingga akhirnya mereka memberikan kabar padaku.

saat itu mudah saja bagi ku berkomentar, tapi sesungguhnya itu sangat sulit untuk dilalui. bagaikan gunung yang siap meledak bila ingat kejadian saat itu. akhirnya mereka menentukan keputusan yang dianggap paling baik bagi keduanya. aku merasa sangat lega walau sesungguhnya aku tak menginginkan mereka seperti itu.

sekarang, setelah masalah itu benar benar berakhir, ternyata dampaknya masih sangat terasa dan kurang mengenakan. rasanya aku ingin berkomentar, namun aku memutar kembali otak ku dan muncul kembali rangkaian kata "bagaimana jika aku jadi dia?". maka dari itu, aku lebih memilih untuk belajar dari hal itu. semoga masalah yang mereka alami tak akan pernah menimpa ku dan tak akan pernah mereka rasakan kembali.