Maret 24, 2015

Satu Lagi Pergi

Mata terbuka dan senyum terpancar. Ku sambut hari dengan suka cita. Tak ada keraguan yang mengusik hati. Tawa bahagia saat aku berbincang dengan wanita yang telah melahirkan ku. Telepon ku berdering dengan lantang. Bagai kilat yang menyambar. Suara tangis terdengar dari kejauhan. Tak berapa lama, tangisan mamah pun tumpah. Seketika aku terpaku. Awan gelap menyelimuti keluarga ku. Sosok pria muda itu tak lagi dapat ku sentuh. Tak akan lagi ku dengar merdua suaranya. Tak akan ku jumpai lagi raganya. Hilang panggilan "lil sister" dari telinga ku.
Dia yang mengenalkan aku pada dunia musik. Dia yang membuat ku mau belajar mandiri di kota orang. Dia yang bersuara paling lantang ketika melarang ku pergi. Dia yang ucapannya didengar dan dipertimbangan mamah. Dia yang selalu menganggap mamah bukan tante, tapi mami nya. Dia yang sudah berkelurga dan memberi ku keponakan tampan.
Aku hanya merasa kau sedang pergi. Raga mu tak ku temui. Jiwa mu selalu ku rasa. Ada Wisnu junior di sini. Doa ku selalu untuk mu.
Jangan melangkah jauh. Saat ini aku ingin menitipkan seseorang. Beliau juga sangat ku sayang. Sudah lebih dulu meninggalkan ku. Tenang dan bahagia lah di sana. Tolong temani papah ku dan papah mu. Kita akan berkumpul di suatu waktu. Jangan cemaskan jagoan kecil mu. Kami di sini selalu ada untuknya.
(Mengenang 40 hari Wisnu Anggoro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar