setelah berada di dalam bis yang menyebrang pulang dengan menggunakan kapal besar, sampailah di pelabuhan gilimanuk. rasanya seneng seneng gimana gitu. hahaha
selama di perjalan aku tak pernah putus komunikasi sama mamah, kecuali kalau lagi tidur. kelihatannya mamah panik dan cemas banget pas aku lagi nyebrang. telepon genggam aku selalu menyala karena kekasihku juga menghubungiku. begitu pula dengan teman di samping ku Ana yang selalu berkomunikasi dengan keluarga dan kekasihnya.
rasa kantuk tak tertahankan, aku pun memutuskan untuk memejamkan mata kembali.
sekitar jm 06.00 WITA aku terbangun dan melihat tulisan di sebelah kiri jalan Selamat Datang di Tabanan. wah, benar benar sudah sampai di Bali. Aku menoleh ke kanan, Ana masih tertidur, sepertinya sangat nyenyak, aku pun langsung bertanya pada Tuti yang kebetulan sudah lebih dulu bangun. dia menjelaskan bahwa sebentar lagi kita akan sampai. karena kebawelan aku dan Tuti mulai keluar, Ana pun terbangun.
beberapa menit kemudian, Tuti menunjukan jalan di sebelah kanan dan berkata "itu loh jalan ke SMA aku". aku dan Ana ikut memperhatikan dan hanya mengangguk. lalu Tuti meminta kami untuk segera berkemas karena akan segera sampai di tempat tujuan.
sedikit sempoyongan aku mulai melangkahkan kaki berdiri dari tempat duduk di 6A mengikuti Tuti dan Ana yang berada di depan ku. kami sempat menjadi pusat perhatian dari penumpang bis lainnya karena berdiri cukup lama sebelum kami turun. beberapa orang menyuruh kami untuk duduk dan menunggu terlebih dahulu, Tuti hanya tertawa dan berkata "aku lupa, harusnya nanti aja kita berdirinya". aku hanya menganggapnya positif yaitu latihan berdiri dari rasa kantuk dengan mengatur keseimbangan berdiri di dalam bis dengan jalan yang sedikit tidak rata.
"di polsek depan yaa pak" tutur Tuti ke supir bis hijau itu. aku dan Ana mengikuti instruksi dari sang petunjuk jalan. aku dan Ana sibuk membawa koper masing masing serta helm, Tuti yang berada di depan dengan dua tas ransel tertawa geli.
ketika akan menyebrang, supir angkutan umum itu menghampiri dan membatu membawa kan koper Ana lalu helm aku di bawakan oleh Ana. hal yang berbeda mulai tampak, angkot di sini seperti mobil antarkota Bogor-Sukabumi atau Bogor-Cianjur. saat itu mobil hanya terisi beberapa orang yang bergender perempuan semua.
tiba-tiba ada seorang ibu yang duduk di sebelah ku dan mulai mengajak ku berbicara, awalnya beliau memang menggunakan bahasa Indonesia, tapi ketika tahu bahwa Tuti adalah orang Bali, beliau pun berbicara bahasa bali dengan lancarnya. sesekali beliau menoleh ke arah ku dan bertanya, namun karena aku tak mengerti dengan apa yang dibicarakan aku hanya tersenyum, sedangkan Tuti yang duduknya bersebrangan dengan ku tertawa puas.
satu persatu penumpang pun turun. Ana masih di posisinya yang agak jauh dari aku dan Tuti, sepertinya ia sedang menikmati suasana yang sejuk dan sangat berbeda dengan Kota Malang.
di sebelah kiri ada sebuah batu yang biasanya dijadikan sebagai batas wilayah bertuliskan Desa Perean. yup, itu artinya kami akan segera sampai di rumah Tuti. kami segera mengeluarkan lembaran uang untuk ongkos angkutan ini. semuanya dijadikan satu dan dikumpulkan ke Tuti karena ia yang kami anggap lebih mengerti.
tiba-tiba Tuti berteriak dengan sedikit mengeluarkan kepalanya ketika ada seorang perempuan di atas motor dengan 2 orang balita lalu ia meminta pak supir untuk menghentikan kendaraannya. syukurlah, rumah Tuti berada di jalan raya jadi aku dan Ana tak perlu jauh jauh berjalan. sesampainya di rumah Tuti, kami di sambut sangat baik oleh ayahnya Tuti. rasa lelah yang tak tertahannya membuat kami langsung menuju kamar yang berada di bangunan paling depan.
awalnya aku merasa sedikit heran, karena di rumah itu hanya ada satu ruang tv, 2 kamar, dan 2 kamar mandi. aku seperti tak biasa melihat bentuk ruangan rumah yang seperti ini dengan pintu khas Bali yang ada di muka rumah ini. kemudian Tuti mengajak aku dan Ana untuk menemui ibunya.
kami keluar dari rumah lalu berjalan ke atas. di sebelah kanan aku melihat seperti pura kecil dan ada bangunan yang terdapat tempat tidur di tengahnya. sesampainya di atas ternyata ada satu bangunan lagi yang terdiri dari 1 dapur, 2 kamar, dan 1 kamar mandi. di sana juga ada halaman yang cukup luas. bangunan terbuka yang terdapat tempat tidur di tengahnya itu adalah bangunan wajib yang harus ada di semua rumah Bali yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan dan kematian.
walaupun lelah, kami masih sangat semangat untuk mulai berkeliling Bali. akhirnya kami memutuskan untuk segera mandi dan makan. karena jadwal yang telah di atur sedemikian rupa untuk liburan hari itu.