Pagi itu, senyuman indah tergambar diwajah saat aku membuka selimut sambil berharap semua kegiatan yang akan dilalui hari itu akan menyenangkan. Sesampainya di kampus, Aku berbincang dengan teman-teman mengenai tugas yang akan dikumpulkan sambil menunggu waktu untuk kuliah bahasa Inggris. Mita, temanku yang berasal dari Jogja itu biasanya datang pada detik-detik mendekati waktu kuliah dimulai, namun hari itu ia datang sekitar 15 menit lebih awal.
Kali ini tugas bahasa Inggris hanya mengerjakan 1 bab, aku berpikir ini merupakan hari keberuntungan karena biasanya tugas bahasa Inggris ini cukup membuat tanganku pegal. Setelah tugas selesai, aku dan Mita langsung meninggalkan ruang kuliah dan berjalan ke parkiran motor. Karena cacing di perut kami sudah berteriak, kami pun pergi ke salah satu tempat makan yang ada di dalam kampus.
Sesampainya di sana, kami makan siomay dengan lahapnya. Setelah merasa cukup kenyang, Mita menghampiri penjual siomay dan minuman untuk membayar semuanya karena beberapa hari yang lalu ia tidak membawa dompet sehingga saat makan siang aku yang membayar makannya dan kali ini sebaliknya. Tiba-tiba wajah Mita terlihat cemas, ternyata dompetnya tertiggal lagi. Aku tidak merasa itu sebagai masalah walaupun harus membayar makanan lagi, namun Mita terlihat sangat panik. Bukan karena aku lagi yang membayar makanannya, tapi karena STNK-nya ada di dalam dompetnya. Kami berpikir sejenak. Terlintas dalam pikiran Mita untuk mengambil STNK di tempat kostnya dan pergi dengan pinjam motor teman. Sesegera mungkin kami ke fakultas dan mencari Andri.
Ketika sampai, teman-teman bilang jika tugas bahasa Inggris Mita masih ada yang kurang sehingga harus difotocopy dan dikumpulkan sebelum pukul 14.00. Motor Andri tidak di parkir di fakultas, tapi ada di dekat rekorat jadi kami secepat mungkin pergi ke sana.
Bermodalkan STNK motor Andri, aku dan Mita berputar mengelilingi lapangan parkir tanpa kami tahu bagaimana ciri-ciri motornya. Sekitar 20 menit mencari di bawah terik matahari, akhirnya kami meminta bantuan penjaga parkir tempat itu. Dan ternyata, motor yang kami cari adalah motor yang sedari tadi kami lewati.
Diperjalanan menuju tempat kost Mita, kami melihat tempat fotocopy yang cukup besar. Sekitar 3 menit menunggu untuk dilayani, petugas di tempat itu berkata “Ditunggu ya, Mba.” lalu kami bertanya “Berapa lama?” petugas itu pun menjawab “Kurang tahu deh, Mba. Mas-nya mau istirahat dulu.” Kami pun memutuskan untuk pergi dan mencari tempat fotocopy yang lain.
STNK sudah di tangan. kami pun segera meluncur kembali ke kampus dan mencari tempat fotocopy di sana. Dekat pintu masuk ada tempat fotocopy, namun setelah berbelok ternyata tempat parkir di sekitar situ penuh jadi kami berbalik arah dan langsung menuju fakultas.
Kali ini keberuntungan berpihak pada kami. Tempat fotocopy itu tidak begitu ramai. Setelah selesai, kami langsung menuju tempat dikumpulkannya tugas tersebut. Perasaan sedikit lebih tenang mulai kami rasakan. Kemudian, aku menemani Mita pergi ke warnet untuk mencetak tugas bahasa Indonesia yang masih tersimpan di ‘flashdisc’-nya.
Kami berjalan di salah satu gang yang tidak jauh dari kampus. Namun, kami menghentikan langkah karena tampak luar dari rumah-rumah yang berada di sekitar situ tidak ada yang terlihat seperti wanet, jadi kami memutuskan untuk kembali lagi. Lalu kami menemukan tempat fotocopy, Mita pun bertanya dimana warnet yang dekat. Orang yang ada di situ menyarankan kami untuk berjalan ke gang tadi, ia bilang warnetnya tidak jauh. Kami pun kembali lagi ke gang yang tadi dan ternyata warnet yang kami cari itu hanya tinggal beberapa langkah dari tempat kami tadi sewaktu memutuskan untuk berbalik arah.
Setelah selesai mencetak tugas, kami kembali ke fakultas untuk mengambil motor Mita. Karena ingin cepat-cepat istirahat, kami langsung menuju gedung Widyaloka, tempat dimana kami akan kuliah kembali pukul 14.45.
Saat diperjalanan menuju Widyaloka telepon genggamku berdering. Tapi aku tidak dapat menjawab panggilan tersebut karena tangan kananku memegang helm dan tangan kiriku memegang botol minum, sebuah buku, dan dua buah map. Baru saja akan duduk dan membalas pesan dari Fauzi, tiba-tiba Mita mendapatkan telepon dari Fauzi. Ia meminta kami untuk kembali ke fakultas karena tugasnya masih berada di kami. Karena malas untuk kembali ke tempat parkir, kami pun menghampiri Ary yang sedang duduk di motornya di depan Widyaloka untuk meminjam motornya.
Untung saja kami belum masuk ke dalam parkiran fakultas, ternyata Fauzi dan teman yang lain sudah menunggu di depan. Tak sampai 10 kami sudah sampai kembali di Widyaloka. Sesegera mungkin kami masuk ke toilet dan menenangkan diri di sana. Rasa lelah mulai menghampiri. Rasanya ingin sekali kejadian hari itu tak bertambah lagi.
Waktu kuliah bahasa Indonesia tiba. Aku dan keempat temanku memilih untuk mengerjakan tugas praktikum sosiologi pertanian karena dosen bahasa Indonesia tidak dapat mengajar hari itu. Ketenangan mulai kembali.
Saat sedang tenang mengerjakan tugas, tiba-tiba koordinator kelas kami memberitahu bahwa besok ada kuliah tambahan dari Ibu Rini karena minggu depan beliau akan pergi keluar kota. Hal ini membuat beban yang ada semakin bertambah, karena tugas yang seharusnya dikumpulkan pada hari Kamis terpaksa dibuat secepat mungkin karena harus diserahkan besok. Sehingga akhirnya aku lembur dan bersiap bangun pagi esok hari untuk mengerjakan tugas kelompok kembali.
Kali ini tugas bahasa Inggris hanya mengerjakan 1 bab, aku berpikir ini merupakan hari keberuntungan karena biasanya tugas bahasa Inggris ini cukup membuat tanganku pegal. Setelah tugas selesai, aku dan Mita langsung meninggalkan ruang kuliah dan berjalan ke parkiran motor. Karena cacing di perut kami sudah berteriak, kami pun pergi ke salah satu tempat makan yang ada di dalam kampus.
Sesampainya di sana, kami makan siomay dengan lahapnya. Setelah merasa cukup kenyang, Mita menghampiri penjual siomay dan minuman untuk membayar semuanya karena beberapa hari yang lalu ia tidak membawa dompet sehingga saat makan siang aku yang membayar makannya dan kali ini sebaliknya. Tiba-tiba wajah Mita terlihat cemas, ternyata dompetnya tertiggal lagi. Aku tidak merasa itu sebagai masalah walaupun harus membayar makanan lagi, namun Mita terlihat sangat panik. Bukan karena aku lagi yang membayar makanannya, tapi karena STNK-nya ada di dalam dompetnya. Kami berpikir sejenak. Terlintas dalam pikiran Mita untuk mengambil STNK di tempat kostnya dan pergi dengan pinjam motor teman. Sesegera mungkin kami ke fakultas dan mencari Andri.
Ketika sampai, teman-teman bilang jika tugas bahasa Inggris Mita masih ada yang kurang sehingga harus difotocopy dan dikumpulkan sebelum pukul 14.00. Motor Andri tidak di parkir di fakultas, tapi ada di dekat rekorat jadi kami secepat mungkin pergi ke sana.
Bermodalkan STNK motor Andri, aku dan Mita berputar mengelilingi lapangan parkir tanpa kami tahu bagaimana ciri-ciri motornya. Sekitar 20 menit mencari di bawah terik matahari, akhirnya kami meminta bantuan penjaga parkir tempat itu. Dan ternyata, motor yang kami cari adalah motor yang sedari tadi kami lewati.
Diperjalanan menuju tempat kost Mita, kami melihat tempat fotocopy yang cukup besar. Sekitar 3 menit menunggu untuk dilayani, petugas di tempat itu berkata “Ditunggu ya, Mba.” lalu kami bertanya “Berapa lama?” petugas itu pun menjawab “Kurang tahu deh, Mba. Mas-nya mau istirahat dulu.” Kami pun memutuskan untuk pergi dan mencari tempat fotocopy yang lain.
STNK sudah di tangan. kami pun segera meluncur kembali ke kampus dan mencari tempat fotocopy di sana. Dekat pintu masuk ada tempat fotocopy, namun setelah berbelok ternyata tempat parkir di sekitar situ penuh jadi kami berbalik arah dan langsung menuju fakultas.
Kali ini keberuntungan berpihak pada kami. Tempat fotocopy itu tidak begitu ramai. Setelah selesai, kami langsung menuju tempat dikumpulkannya tugas tersebut. Perasaan sedikit lebih tenang mulai kami rasakan. Kemudian, aku menemani Mita pergi ke warnet untuk mencetak tugas bahasa Indonesia yang masih tersimpan di ‘flashdisc’-nya.
Kami berjalan di salah satu gang yang tidak jauh dari kampus. Namun, kami menghentikan langkah karena tampak luar dari rumah-rumah yang berada di sekitar situ tidak ada yang terlihat seperti wanet, jadi kami memutuskan untuk kembali lagi. Lalu kami menemukan tempat fotocopy, Mita pun bertanya dimana warnet yang dekat. Orang yang ada di situ menyarankan kami untuk berjalan ke gang tadi, ia bilang warnetnya tidak jauh. Kami pun kembali lagi ke gang yang tadi dan ternyata warnet yang kami cari itu hanya tinggal beberapa langkah dari tempat kami tadi sewaktu memutuskan untuk berbalik arah.
Setelah selesai mencetak tugas, kami kembali ke fakultas untuk mengambil motor Mita. Karena ingin cepat-cepat istirahat, kami langsung menuju gedung Widyaloka, tempat dimana kami akan kuliah kembali pukul 14.45.
Saat diperjalanan menuju Widyaloka telepon genggamku berdering. Tapi aku tidak dapat menjawab panggilan tersebut karena tangan kananku memegang helm dan tangan kiriku memegang botol minum, sebuah buku, dan dua buah map. Baru saja akan duduk dan membalas pesan dari Fauzi, tiba-tiba Mita mendapatkan telepon dari Fauzi. Ia meminta kami untuk kembali ke fakultas karena tugasnya masih berada di kami. Karena malas untuk kembali ke tempat parkir, kami pun menghampiri Ary yang sedang duduk di motornya di depan Widyaloka untuk meminjam motornya.
Untung saja kami belum masuk ke dalam parkiran fakultas, ternyata Fauzi dan teman yang lain sudah menunggu di depan. Tak sampai 10 kami sudah sampai kembali di Widyaloka. Sesegera mungkin kami masuk ke toilet dan menenangkan diri di sana. Rasa lelah mulai menghampiri. Rasanya ingin sekali kejadian hari itu tak bertambah lagi.
Waktu kuliah bahasa Indonesia tiba. Aku dan keempat temanku memilih untuk mengerjakan tugas praktikum sosiologi pertanian karena dosen bahasa Indonesia tidak dapat mengajar hari itu. Ketenangan mulai kembali.
Saat sedang tenang mengerjakan tugas, tiba-tiba koordinator kelas kami memberitahu bahwa besok ada kuliah tambahan dari Ibu Rini karena minggu depan beliau akan pergi keluar kota. Hal ini membuat beban yang ada semakin bertambah, karena tugas yang seharusnya dikumpulkan pada hari Kamis terpaksa dibuat secepat mungkin karena harus diserahkan besok. Sehingga akhirnya aku lembur dan bersiap bangun pagi esok hari untuk mengerjakan tugas kelompok kembali.